HABAIB DI KALANGAN MUFTI JOHOR
Habib Alwi bin Tohir bin Abdullah Al-Haddad
NAMA DAN NASAB
Nama lengkapnya ialah Habib Alwi bin Thahir al-Haddad
bin Abdullah bin Thaha Abdullah bin Umar bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin
Ahmad bin Abi Bakar Abu Thahir al-Alawi asy-Syarif al-Huseini. Sampai nasabnya
kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib yang kawin dengan Sayidatina Fatimah binti
Nabi Muhammad SAW. Habib Alwi bin Thahir al-Haddad lahir di Bandar Qaidun,
Hadhramaut, Yaman pada 14 Syawal 1301 H/ 7 Agustus 1884 M.
MENUNTUT ILMU
Habib Alwi bin Thahir Al-Haddad sedari kecil telah
bercita-cita menjadi ulama. Ini didukung oleh kecerdasan dan keteguhannya dalam
menuntut ilmu, dan selalu menyertai ulama-ulama besar sehingga dapat mencapai
puncak keilmuannya dan menghimpunkan berbagai ilmu naqli dan aqli yang
membuatnya melebihi rekan-rekan seangkatannya. Bahkan, Sayid Alwi mampu
melakukan istinbat dan ijtihad yang cermat dan tidak dapat dicapai oleh
sebagian orang.
Guru-gurunya di Hadhramaut ialah Habib Ahmad bin
al-Hasan al-Attas al-Alawi, Habib Thahir bin Umar al-Haddad, dan Habib Muhammad
bin Thahir al-Haddad. Banyak bidang ilmu tradisi yang beliau peroleh daripada
keluarganya sendiri yang berketurunan Nabi Muhammad SAW.
Habib Alwi sangat menggemari pelajaran Hadits.
Berkali-kali Sayid Alwi al-Haddad menamatkan kitab As-Sittah, Riyadh
ash-Shalihin, Bulugh al-Maram, Jami’ ash-Shaghir. Untuk memperdalam ilmu hadits
Sayid Alwi al-Haddad mempelajari kitab-kitab mengenai sanad hadits seperti
ad-Dhawabidh al-Jaliyah fi al-Asanid al-‘Aliyah karya Syeikh al-Allamah
al-Musnid Syamsuddin Abdullah bin Fathi al-Farghali al-Hamisyi. Demikian juga
kitab ats-tsabat yang berjudul as-Samth al-Majid karya Syeikh al-Allamah
al-Musnid Shafiyuddin Ahmad bin Muhammad al-Qasyasy al-Madani. Sayid Alwi
al-Haddad telah berhasil memperoleh ilmu dan ijazah daripada para gurunya serta
dengan sanad-sanad yang bersambung sampai Rasulullah SAW.
Selain guru tersebut, Sayid Alwi al-Haddad juga
memperoleh ilmu daripada ayah saudaranya Imam Habib Abdullah bin Thaha
al-Haddad, juga dengan Habib Thahir bin Abi Bakri al-Haddad. Guru-guru beliau
yang lain adalah al-Mu’ammar Sirajuddin Umar bin Utsman bin Muhammad Ba Utsman
al-Amudi ash-Shiddiqi al-Bakari. Sayid Alwi al-Haddad juga sempat mendengar
riwayat hadits dari Sayid ‘Abdur Rahman bin Sulaiman al-Ahdal yang wafat tahun
1250 H/1834 M.
Diriwayatkan bahawa Sayid Alwi al-Haddad ialah seorang yang
sangat cerdas. Sedikit saja belajar namun penguasaan akan ilmu pengetahuannya
langsung meningkat. Pada umur 12 tahun, Sayid Alwi al-Haddad menghatamkan Ihya
‘Ulumidin karya Imam al-Ghazali. Dalam usia 17 tahun ia telah mengajar dan
mengajar kitab yang besar-besar dan ilmu yang berat-berat seperti ilmu tafsir,
hadits, fiqh, usul fiqh, tarikh, falak, nahwu, shorof, balaghah, filsafat dan
tasawuf.
Jika berbicara tentang suatu persoalan, beliau
memaparkan segala seginya dan menguatkannya dengan dalil-dalil aqli dan naqli.
Beliau seorang yang memiliki ghirah (kecemburuan) terhadap Islam dan menjadi pembelanya.
Di samping itu, beliau juga pembela keluarga Rasulullah SAW. aktif berhubungan
dengan para ahli ilmu di berbagai tempat di seluruh dunia Islam, dan selalu
menghindari pertentangan-pertentangan mazhab.
Sebagai ulama dan mufti, ia kerap diminta untuk
berpidato dan memberikan ceramah pada pertemuan-pertemuan umum. Ceramah yang
disampaikannya di depan Jong Islamieten Bond (Perkumpulan Pemuda Muslimin)
telah diterbitkan dalam dua bahasa: Indonesia dan Arab. Pemimpin Sarekat Islam
yang terkenal, Haji Oemar Said Cokroaminoto sering berhubungan dengannya.
Ketika dia sedang mengarang buku tentang sejarah Nabi dalam bahasa Indonesia,
dia menunjukkan kepada Sayid Alwi yang kemudian memeriksanya dan memberikan
kata pengantar untuk buku itu. Pertama kali buku itu dapat diterbitkan atas
biaya seorang dermawan dan kemudian buku itu dapat diterbitkan untuk yang kedua
kalinya.
KARANGAN
Sayid Alwi memiliki karangan-karangan yang banyak yang
akan kami sebutkan berikut ini agar dapat diketahui betapa luas pengetahuannya.
Beberapa diantara karangannya adalah:
- Al-Qaul al-Fashl
fi Maa li Bani Hashim wa Quraisy wal-Arab Min al-Fadhl (dua jilid),
- Kumpulan Fatwa
(berisi sekitar 12000 fatwa)
- Durus
as-Sirah an-Nabawiyah dalam dua jilid kecil,
- Kitab tentang
hukum-hukum nikah dan qadha dalam bahasa Melayu (diterbitkan dalam dua jilid),
- Mukhtashar Aqd
al-Aali karangan Sayid Idrus bin Umar al-Habsyi, I’anah an-Nahidh fi Ilm
al-Faraidh, Majmuah min Ulum al-Falak (jilid besar),
- Ath-Thabaqat
al-Alawiyyah dan lain-lain.
BERDAKWAH
Sayid Alwi al-Haddad mengembara ke pelbagai negara untuk
berdakwah dan mengajar, di antaranya Somalia, Kenya, Mekah, Indonesia, Malaysia
dan lain-lain. Di Jakarta, Sayid Alwi al-Haddad pernah mengajar di Madrasah
Jam’iyah al-Khair yang didirikan oleh keturunan Sayid di Indonesia. Madrasah
Jam’iyah al-Khair ialah sekolah Islam yang mengikut sistem pendidikan moden
yang pertama di Indonesia, Sayid Alwi al-Haddad pula termasuk salah seorang
guru yang pertama sekolah. Jabatan pertama Sayid Alwi adalah Wakil Mudir
sekolah. Sementara itu,Mudirnya ialah Sayid Umar bin Saqaf as-Saqaf.
Para guru didatangkan dari pelbagai negara. Antara
mereka ialah Ustadz Hasyimi yang berasal dari Tunis, Syeikh Ahmad bin Muhammad
as-Surkati yang berasal dari Sudan (mengajar di Madrasah Jam’iyah al-Khair
tahun 1911 - 1914), Syeikh Muhammad Thaiyib al-Maghribi yang berasal dari
Maghribi, Syeikh Muhammad Abdul Hamid yang berasal dari Mekah.Sayid Alwi bin
Thahir termasuk salah seorang pendiri ar-Rabithah al-Alawiyyah di Indonesia.
Selain mengajar di Jakarta beliau juga pernah mengajar di Bogor dan
tempat-tempat lain di Jawa.
GURU KEPADA RAMAI ULAMA BESAR
Beberapa muridnya dikenal menjadi ulama besar yang pernah
menjadi murid Sayid Alwi al-Haddad, diantaranya:
- ·
Habib Alwi bin Syeikh Bilfaqih al-Alawi,
- ·
Habib Alwi bin Abbas al-Maliki, Habib Salim Ali Jindan,
- ·
Habib Abu Bakar al-Habsyi,
- ·
Habib Muhammad bin Ahmad al-Haddad,
- ·
Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih, Habib Husein bin Abdullah bin
Husein al-Attas,
- ·
Syeikh Hasan Muhammad al-Masyath
al-Makki,
- ·
KH Abdullah bin Nuh dan lain-lain.
MENJADI MUFTI JOHOR
Kesultanan Johor di Malaysia memilihnya untuk menjabat
sebagai mufti di sana. Beliau menjabat sebagai mufti Kerajaan Johor dari tahun
1934 hingga tahun 1961. Sayid Alwi menjadi mufti Johor menggantikan Allahyarham
Dato’ Sayid Abdul Qader bin Mohsen Al-Attas.
WAFAT
Beliau wafat pada 14 November 1962 (1382 H) dan dimaqamkan di
Tanah Perkuburan Mahmoodiah Johor Bahru. Beliau mempunyai keturunan yang
kemudian pindah ke Jazirah Arab bagian selatan, di antaranya adalah putranya
Sayid Thahir dan Sayid Hamid.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan